REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Piala Dunia 2022 Qatar terus menimbulkan pro dan kontra menjelang berlangsungnya ajang sepak bola terakbar di dunia tersebut. Berbagai tudingan dan kritikan terus mengarah kepada tuan rumah.
Lima hari sebelum Piala Dunia dimainkan tudingan dan intervensi terhadap kebijakan Qatar terus diluncurkan khususnya pada persoalan LGBTQ dan hak asasi manusia.
Teranyar, timnas Amerika Serikat (AS) telah menunjukkan dukungan untuk komunitas LGBTQ dengan logo tim berwarna pelangi di fasilitas pelatihan mereka menjelang Piala Dunia Qatar.
Serangkaian foto pemain AS di Stadion Al Gharrafa SC di Ar-Rayyan tempat tim AS berlatih menunjukkan lencana, yang di bawah huruf biru tua AS memiliki tujuh garis berwarna berada. Lambang tim asli memiliki semua garis berwarna merah.
Ini dimaksudkan untuk membuat pernyataan ketidaksetujuan dengan Qatar, yang telah membuat hubungan sesama jenis menjadi ilegal. Beberapa orang mengeklaim undang-undang Qatar mendiskriminasi orang dan wanita LGBTQ.
Alhasil mereka khawatir tentang hak-hak para penggemar yang pergi ke negara Muslim konservatif itu yang berlangsung sejak 20 November hingga 18 Desember 2022.
"Ketika kita berada di panggung dunia dan ketika kita berada di tempat seperti Qatar, penting untuk membawa kesadaran akan masalah ini dan itulah yang dimaksud dengan 'Be the Change'," kata pelatih timnas AS Gregg Berhalter dilansir Metro, Selasa (15/11).
Logo multi-warna alias pelangi merupakan simbol inisiatif dari gerakan mendukung LGBTQ, yang diadopsi pada 2020 untuk mendorong tindakan memajukan masalah keadilan sosial.
Berlindung dalam tameng hak asasi manusia, LGBTQ, timnas AS mengeklaim bahwa itu merupakan perhatian mereka dalam bidang sosial.
"Kami menyadari bahwa Qatar telah membuat kemajuan dan ada banyak kemajuan tapi masih ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan," sambung pernyataan Gregg Berhalter.
Lencana pelangi akan ditampilkan tidak hanya di fasilitas pelatihan, tapi juga di hotel tim, ruang kerja media. Namun itu tidak akan melekat di seragam timnas AS selama pertandingan Piala Dunia.
Pada berbeda justru datang dari kapten timnas Prancis, Hugo Lloris yang menyebut ia menolak untuk mengenakan ban kapten pelangi lantaran memiliki pendapat berbeda.
Hugo Lloris menyatakan hormat dengan hukum dan budaya Qatar yang menggunakan hukum syariah Islam. Qatar mengharamkan LGBT.
"Ketika kami berada di Prancis, ketika kami menyambut orang asing, kami sering ingin mereka mengikuti aturan kami, menghormati budaya kami, dan saya akan melakukan hal yang sama ketika saya pergi ke Qatar, sederhananya begitu," kata Lloris.